Jumat, Oktober 06, 2017

RASA MELU HANDARBENI

MELU HANDARBENI

Melu handarbeni artinya ikut memiliki. Melu handarbeni itu wujud dari sikap mental. Dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah yang lebih jelas yaitu sense of belonging. Jadi lengkapnya dalam bahasa Jawa adalah rasa melu handarbeni.
Rasa melu handarbeni  merupakan persyaratan dalam kebersamaan. Lingkup melu handarbeli terletak pada kegiatan memelihara, memperbaiki, memajukan dan menjaga, milik bersama. Contohnya adalah negara. Semua warganegara harus memiliki rasa melu handarbeni, jangan mau enaknya sendiri tetapi tidak mau memelihara, memperbaiki, memajukan dan menjaga.
Presiden Kennedy dari Amerika Serikat pernah mengatakan: “Jangan bertanya apa yang kamu dapat dari negara, tetapi bertanyalah apa yang dapat kamu berikan kepada negara”.  Di Jakarta dan kota-kota lain banyak sarana umum, bus, toilet, tilpon umum, kereta api dan dinding tembok rusak dan kotor oleh tangan-tangan jahil yang tidak punya rasa melu handarbeni.
Seorang karyawan perusahaan juga harus punya rasa melu handarbeni. Semua karyawan, dari mulai tukang sapu sampai pimpinan paling atas harus memelihara, memperbaiki, memajukan dan menjaga nama baik perusahaan serta asset perusahaan. Perusahaan komputer IMB mempunyai semboyan verybody sell, yang artinya semua orang harus menjual.  Tukang sapu harus menyapu lantai dengan benar agar para pelanggan nyaman. Demikian juga para kasir dan petugas pelayanan yang lain.
Belakangan menjadi kebiasaan bagi para demonstran merusak kantor pemerintah dan fasilitas umum, padahal semua itu dibangun dari uang  rakyat juga. Timbul pertanyaan, mengapa mereka berbuat seperti itu?
Untuk menjawab pertanyaan di atas diperlukan cerita panjang dalam mengelola negara. Intinya adalah selama ini para pengelola negara memberi kesan bahwa negara ini milik mereka sendiri. Rakyat dianggap hanya sebagai sasaran (objek) untuk diurusi tetapi tidak perlu ikut mengurusi. Dengan lain perkataan, partisipsi rakyat dalam pembangunan sangat minim. Akibatnya rakyat merasa tidak ikut memiliki negara ini.
Pada tingkat desa juga terjadi hal yang sama. Jiwa “gotong royong” sudah makin lemah. Yang ada hanyalah kerja bakti, meskipun masih dinamakan gorong royong juga. Gotong royong di desa tidak didasari oleh  rasa melu handarbeni lagitetapi karena terpaksa atau dipaksa oleh RT, RW atau lurah.  Rumus yang berlaku adalah “asu gedhe menang kerahe” (anjing besarlah yang memenangkan perkelaian) yang artinya siapa yang bersuara keras itulah yang berkuasa.
Rasa melu handarbeni merupakan sikap yang didasari oleh keperdulian terhadap orang lain, oleh rasa tanggung jawab terhadap kepentingan orang banyak. Bumi kita ini mengandung kepentingan orang banyak, bukan saja kepentingan sekarang, tetapi juga kepentingan generasi mendatang. Oleh kerena itu sumber daya alam dan lingkungan alam tidak boleh dirusak demi kepentingan satu pihak dan kepentingan sekarang saja.

sedikit ulasan sekarang banyak anak jaman sekarang yang tidak memiliki ini rasa handarbeni atau rasa memiliki . Cuek ngak perduli akan sekitarnya dan cenderung apatis. Bahkan di lingkungan rumah anak jaman sekarang akan susah ditanya dan jawaban yg simpel ialah tidak tahu. Dan langsung berlalu tanpa ada penjelasan atau yg lain.  Ada nya sikap seperti tidak mau melu handarbeni karena pola asuh dari orang tua dan pergaulan yg ada di sekitar yg secara tidak langsung membiarkan keadaan ini tidak perduli dan tidak membina..... Dengan pemikiran ah anak orang ini. Memang tidak semua seperti itu tp mayoritas penduduk jakarta seperti itu.TIDAK PERDULI.... Demi membangun bangsa ini mari kita galakkan kembali sikap melu handarbeni ini.  Untuk kemajuan nusa dan bangsa. Mari kita perduli dengan sesama yg membutuhkan bantuan serta ikut menjaga serta memelihara lingkunga. Sekitar kita. Sekali lagi MELU HANDARBENI